Jumat, 04 Juni 2010

15 Agustus 1945 Bagia an 1


Tatkala pemerintah kolonial Belanda menyerah pada balatentara Jepang, Soekarno pun dibebaskan dari tempat terakhir ia diasingkan oleh Belanda. Setibanya di Jakarta, Moh. Hatta dan Sutan Syahrir yang sudah lebih dahulu kembali ke Jawa, datang berkunjung. Mereka membicarakan apa yang akan mereka lakukan bagi kemerdekaan Indonesia di masa pendudukan Jepang. Diperoleh kesepakatan bahwa Soekarno dan Moh. Hatta akan menerima tawaran bekerja bersama Jepang, sedangkan Sutan Syahrir akan bergerak di bawah tanah. Perbedaan pola kerja tersebut menyebabkan Syahrir yang rajin memonitor siaran radio luar negeri di tempat ia bersembunyi, lebih cepat mengetahui situasi perang Pasifik dari hari ke hari, termasuk bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika di Hiroshima (6 Agustus 1945), Uni Soviet menyatakan perang kepada Jepang (8 Agustus), Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika (10 Agustus) dan ultimatum Amerika agar Jepang menyerah kepada Sekutu sebelum bom atom yang ketiga akan dijatuhkan lagi . Syahrir menyuruh Subadio Sastrosatomo meneruskan berita-berita tersebut kepada semua teman yang dekat, disertai analisa bahwa dalam waktu dekat Jepang pasti akan menyerah. Salah satunya kepada dr. Soedarsono di Cirebon.
http://putramalaka.files.wordpress.com/2009/07/tan_malaka_a1015a.jpg?w=216&h=336Syahrir dari awal menyadari bahwa figur Soekarno telah mendapat tempat tersendiri di hati rakyat Indonesia. Dia pulalah yang mengingatkan hal itu kepada Tan Malaka tatkala menyangsikan kepemimpinan Soekarno-Hatta. Syahrir mempersilakan Tan Malaka berkeliling ke seluruh pelosok negeri bila kurang mempercayainya. Syahrir pun melihat sosok Soekarno sebagai figur yang paling tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dianggapnya terkotori oleh tangan Jepang. Maka iapun menunggu kedatangan Soekarno dan Moh. Hatta dari memenuhi undangan Marsekal Terauchi, di Dalat, Saigon. Mereka baru tiba kembali tanggal 14 Agustus menjelang tengah hari. Syahrir mencoba membujuk Moh. Hatta terlebih dulu yang sudah lama dikenalnya sewaktu studi di Belanda, dan bersama-sama pula mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) setelah Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno dibubarkan oleh Pengurusnya karena Belanda menangkapi tokoh-tokoh penting PNI. Moh. Hatta juga sudah merasakan gelagat Jepang akan bertekuk-lutut tatkala di berada Dalat, dan dengan Soekarno telah sepakat untuk mempercepat sidang PPKI yang semula direncanakan tanggal 25 Agustus. Ia terkejut mendengar berita dari Syahrir bahwa ternyata begitu cepat Jepang menyerah kepada Sekutu. Namun Moh. Hatta tidak sepakat proklamasi kemerdekaan diucapkan dengan meninggalkan PPKI, dan ternyata Soekarno yang dikunjungi oleh Hatta dan Syahrir juga menolak meninggalkan PPKI dan akan mengecek kebenaran berita tersebut ke Gunseikanbu esok harinya tanggal 15 Agustus. Syahrir sangat kecewa tetapi sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.